NASIONALISME: Nasibmu Kini


Di era setelah Soeharto, kita berharap ada angin segar yang berhembus dan dihembuskan oleh kepemimpinan Megawati, angin itu mulai berhembus takala GAM mulai dikalahkan oleh TNI, dan isu Nasionalisme begitu kuat diusung oleh orang-orang yang dikader oleh murid-muridnya Soekarno, angin yang berhembus dan wangi perubahan terhirup oleh bangsa ini perlahan sirna dengan adanya penjualan aset-aset negara (BUMN-BUMN) yang dilakukan oleh segelintir orang_orang dibawah pemerintahan Megawati.

Memasuki era SBY & JK malah lebih parah lagi, GAM yang sudah melemah kekuatanya malah diberi peluang untuk bangkit dengan adanya perjanjian Helsinsky yang jelas-jelas dimotori oleh kepentingan imperialis, sekarang kondisi di ACEH sendiri telah menjadi pantauan Internasional, setiap langkah kebijakan yang diambil untuk Aceh selalu menjadi sorotan Internasional, seperti peristiwa tsunami, segala keterlambatan dan kekurang penangannya selalu menjadi berita internasional, dan media massa lokal (Indonesia) selalu menyoroti keterlambatan pemerintah dalam penangan setiap bencana.

Banyak masalah yang terkait dengan Nasionalisme itu selalu diselesaikan dengan kekerasan yang menjurus pelanggaran HAM, tidak pernah ada dialog lagi antara pemerintah dengan pihak terkait. Diwaktu jamannya Soekarno merangkul Aceh, itu dilakukan dengan dialog, dan itu berhasil, sebagai bentuk keberhasilannya adalah sumbangan emas yang berhasil dikumpulkan untuk memberi pesawat buat negaranya, pesawat pertama yang dimiliki oleh Indonesia.

Sebenarnya rasa nasionalis itu sendiri semakin pudar dan tidak ada lagi kebanggaan dikalangan generasi muda umumnya. Kaderisasi hampir tidak berjalan, Banyak organisasi-organisasi pemuda dan mahasiswa serta partai-partai politik yang berhaluan nasionalisme tidak melakukan pengkaderan sampai akar rumput.